top of page

Kabar Baru

Bringing you the latest news

Sumber : Pemilik kopi Foresthree/Ahmad Maulana

Mencoba Bertahan di Tengah Pandemi dengan Bisnis Kopi Kemasan Satu Literan

by Septinda Jatia | 23 Mei 2020 08.00 WIB

Barbar.com, Surabaya - Corona Virus Disease 2019 atau biasa disebut pandemi Covid-19 telah membawa dampak kepada segala sektor kehidupan, begitupun dengan para pebisnis lokal yaitu kedai kopi yang berada di kota Surabaya.

Hadirnya pandemi tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan kepada masyarakat agar tetap dirumah saja atau dikenal dengan sebutan stay at home serta masyarakat juga dianjurkan agar melakukan physical distancing. Pemerintah menerbitkan protokol-protokol mengenai penanganan Covid-19 ini untuk memutus rantai penyebaran virus corona.

Kebijakan tersebut menyebabkan kedai kopi kekinian Foresthree Coffee yang berlokasi di Jl. Raya Mulyosari, Kalisari, Kec. Mulyorejo menjadi sepi pengunjung. Maka dari itu, Ahmad Maulana sebagai owner dari Foresthree Coffee kini harus memutar otak dan memikirkan inovasi baru agar bisnis yang dijalaninya bisa berjalan ditengah pandemi. Alternatif yang diambil adalah dengan memperbanyak promosi dan membuat kemasan baru yakni membuat kemasan satu literan.

“Karena konsumen menurun maka saya menstimulusnya dengan memperbanyak promosi, dan minggu ini sedang ada promo Rp.15.000,- untuk seluruh kopi susu. Selain itu kami juga menyediakan kopi dengan kemasan literan supaya mereka (konsumen) bisa membawanya pulang, bisa dinikmati lebih lama dan biar lebih berasa vibes ngopinya.” jelasnya.

Ahmad Maulana atau yang akrab disapa Maulana sebagai mahasiswa Universitas Airlangga jurusan Akuntansi ini, mengungkapkan baru membuka kembali kedai kopinya setelah tutup selama satu setengah bulan karena virus corona. Ia juga memutuskan untuk melayani pelanggan secara take away dan layanan online saja. Untuk sementara waktu Foresthree Coffee kini langsung dilayani oleh Maulana sendiri selaku owner, dengan alasan para karyawan dirumahkan terlebih dahulu akibat kerugian yang dialami selama pandemi.

Foresthree Coffee mengeluarkan beraneka varian kopi dengan kemasan satu literan dan tetap mempertimbangkan harga. Pemilik membandrol harga dengan cukup terjangkau kisaran Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000,- saja. Kopi dengan kemasan literan ini sekarang menjadi trend karena lebih praktis dan hemat. Cukup dengan menyimpannya di lemari pendingin tanpa membeli pesanan kembali bisa menikmati nikmatnya kopi berulang kali.

“Kopi sekuran satu literan ini disediakan agar konsumen yang sekarang ini tidak bisa mengonsumsi ditempat, bisa menikmati kopinya di rumah dan ditaruh di kulkas biar tahan lama meski cuma sehari aja. Jadi kalau ukuran besar gini bisa dinikmati lagi sorenya soalnya tidak sekali teguk,” ujar Ahmad Maulana pemilik Foresthree Coffee Mulyosari saat dihubungi melalui telepon, Rabu (27/05).

“Harapanku saat ini, semoga pemerintah cepat melaksanakan penyembuhan Covid-19 sehingga nantinya perekonomian naik dan diikuti konsumen juga naik.” tutup Ahmad Maulana.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Cerita Driver Ojol Hadapi Pandemi Corona

by Imalinda Radyanisa | 24 Mei 2020 08.00 WIB

Barbar.com, Surabaya Drastic times call for drastic measures sepertinya adalah idiom yang paling tepat menggambarkan situasi Indonesia saat ini. Dalam hiruk pikuk pemberitaan tentang work from home bagi para karyawan, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa daerah serta anjuran untuk karantina mandiri nampaknya tidak berdampak pada para pekerja lapangan seperti driver online atau yang akrab disebut ojol.

Menjadi driver online di tengah situasi pandemi yang nyata dan tidak terhindarkan, ditambah dengan dihapuskannya layanan seperti Go-Ride dan Grabbike demi mematuhi kebijakan pemerintah mengenai PSBB memang sulit dan terlihat tidak mungkin. Apalagi jika dilihat dari latar belakangnya untuk beberapa driver, Go-Ride dan Grabbike adalah sumber pendapatan yang paling signifikan bagi mereka. Kerap kali terlihat beberapa driver online yang tertunduk lesu, harap-harap cemas menunggu orderan masuk di pinggir jalan, terkadang sendiri, tak jarang bersama beberapa rekan driver online lainnya. Pertanyaan yang kemudian timbul adalah, bukankah seharusnya layanan lainnya katakanlah delivery makanan dan pengantaran barang menjadi lebih ramai karena masyarakat lain dianjurkan untuk tetap di rumah?

Kala mentari begitu terik menyelimuti Surabaya, dan tanpa angin menghampiri akhirnya pertanyaan tersebut terjawab. Tepat di hari terakhir puasa Ramadhan, setelah mengantarkan makanan salah seorang driver online bernama Suhadi duduk dan bercerita. Pak Suhadi adalah salah satu driver senior, sudah menjadi mitra Gojek sejak awal didirikannya perusahaan Gojek pada tahun 2015. Saat itu beliau memutuskan berhenti dari pekerjaan lamanya dan memilih menjadi mitra Gojek. Saat ditanya alasannya, beliau berbisik “perusahaan sudah tidak mau memberikan gaji UMR (Upah Minimun Regional) mbak, saat gaji UMR saja saya harus bekerja sampingan, gimana kalau tidak?,” ucap driver online, Pak Suhadi, Sabtu (23/05).

Ada istri dan anak yang harus ia nafkahi, akhirnya berbekal ketertarikan beliau berangkat ke Mangga Dua untuk daftar menjadi driver online. Selama hampir 5 tahun menjadi mitra Gojek, beliau merasa lebih diuntungkan walaupun terkadang memang ada kendala seperti menghadapi customer yang cerewet dan susah dihubungi. Hal tersebut berusaha beliau terima dengan lapang dada. Lagipula itu adalah konsekuensi pekerjaannya, beruntung beliau adalah driver yang tidak pilih-pilih dalam mengambil orderan. Namun, di tengah situasi saat ini beliau mengaku orderan yang masuk menurun secara signifikan. Penghapusan layanan Go-Ride ternyata berkontribusi pada penghasilan Pak Suhadi, yang tadinya mulai ngebid dari jam 7 pagi, sekarang baru bisa dimulai jam 11 siang saat pusat perbelanjaan dan restoran mulai buka.

“Saat pandemi ini, sistem ekonomi kita sedang tertahan karena banyak restoran kecil (UMKM) yang juga tutup mbak, nggak ada yang beli. Apalagi orang pinggiran juga nggak mungkin (memesan Go-Food)”. Hari itu, ia hanya mendapat 4 orderan dan semuanya adalah Go-Food. Meskipun demikian, ia bersyukur karena baginya Gojek masih peduli akan kesejahteraan mitranya. Hal itu karena adanya subsidi untuk driver sebesar Rp 75.000,- perhari untuk driver yang tidak melampaui target orderan, selain itu seringkali beliau dan keluarga diberikan jatah hidangan untuk berbuka puasa serta voucher untuk ditukar sembako. Saat ini, yang menjadi prioritas beliau adalah keluarga dan kesehatannya “kita nggak tahu mbak, diluar sana tingkat kriminalitas meningkat. Sekarang saya bersyukur saja, dan jaga kesehatan serta banyak beristirahat dirumah dengan keluarga” ujarnya menutup wawancara hari itu.

Beralih kepada ojek online yang lain, beliau bernama Pak Frans. Sesaat menjelang berbuka, dan Pak Frans siap untuk mengakhiri shift karena target sudah tercapai. Beliau menuturkan bahwa pekerjaan menjadi driver online saat ini, baginya malah lebih mudah. Sejak awal beliau memutuskan untuk bergabung menjadi mitra Gojek di tahun 2017, ia lebih sering mengambil orderan Go-Send (layanan antar barang). Oleh karena itu, penghapusan layanan Go-Ride tidak terlalu berdampak signifikan terhadap penghasilannya dengan saat sebelum adanya pandemi “tapi nggak semua Go-Send saya ambil mbak, biasanya saya membatasi sampai hanya sejauh 10km saja,” jelasnya, Sabtu (23/05).

Beliau mengaku hari ini sudah mendapat 9 orderan, dengan rata-rata orderan Go-Send. Bisnis online semakin merajalela, apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini dan salah satu layanan antar terpercaya adalah Go-Send. Menurut Pak Frans, sebenarnya yang paling memengaruhi penghasilan adalah pribadi driver tersebut. Beliau mengaku jarang mengambil hari libur karenanya sistem Gojek menilai performanya bagus, kemudian memberikan orderan yang cukup banyak pada beliau. Beberapa rekan driver beliau, tidak seberuntung itu mereka kesulitan mencari orderan bahkan di tempat yang seharusnya ramai orderan seperti pusat perbelanjaan dan restoran. Meskipun orderan yang termasuk banyak, Pak Frans merasa adanya subsidi yang diberikan Gojek senilai Rp 75.000,- tersebut kurang efisien dan merupakan “akal-akalan Gojek saja” karena tidak berpengaruh banyak pada beliau dan lebih mendukung dikembalikannya sistem bonus sesuai jumlah orderan seperti saat sebelum pandemi.

“Sistem tutup poin itu mbak, jadi tiap 20 poin bonusnya sampai Rp 130.000,- jadi bisa dua kali lipat UMR, kalau nggak pandemi 8 jam kerja sudah kelar,” ujarnya. Pak Frans mungkin adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menjadikan pandemi COVID-19 sebagai sandaran perekonomian keluarganya.

Ternyata, pandemi tidak selamanya mengerikan. Pemerintah sudah berusaha meskipun terkadang kebijakan yang di hasilkan tidak berpihak pada masyarakat kelas bawah, khususnya driver online dengan dihapuskannya Go-Ride sebagai sumber penghasilan (bagi beberapa driver online). Bagaimanapun, mengutip perkataan Pak Frans “jadi driver online itu usaha sendiri mbak, tergantung drivernya rajin atau nggak” dan disaat pandemi seperti ungkapan Pak Suhadi “bersyukur mbak, saya sudah merasa cukup, yang penting keluarga sehat,” tutupnya, dikala langit gelap menyelimuti kota Pahlawan tersebut.

fors.jpg

Sumber : Pemilik Kafe Cilpa/Takuya

Tak Patah Arang, Cilpa Coffee & House Lakukan Berbagai Inovasi di Tengah Pandemi

by Ni Wayan Shintya Pratista | 25 Mei 2020 08.00 WIB

Barbar.com, Surabaya - Merebaknya virus baru Covid-19 di seluruh belahan dunia membuat siapapun menjadi resah terutama terkait dengan masalah ekonomi dan kesehatan. Pada sisi ekonomi, tak jarang orang yang dahulunya bekerja kini membuka usaha rumahan sendiri.

Namun, berbeda halnya dengan Cilpa Coffee & House yang sudah berdiri sejak 5 Oktober 2019 ini. Kedai kopi yang berlokasi di Jalan Tumapel No. 51 Surabaya ini merupakan salah satu usaha lokal rumahan yang sudah ada sejak sebelum pandemi menyerang. Nama "Cilpa" sendiri diambil dari bahasa Sansekerta yang artinya suatu benda yang diberi warna yang disebut seni atau bila disederhanakan, Cilpa artinya seni. "Sebelum kami membuka kafe kami menjual gelas, cangkir, dan piring berbahan keramik yang dibuat dengan manual," ungkap pemilik Cilpa Coffee, Takuya, Jum’at (22/05) melalui aplikasi online.

Takuya bersama dua orang rekannya, Ngurah Abhirama dan Arisoma merupakan mahasiswa dari Universitas Ciputra yang berasal dari Bali. Mereka memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi seorang pengusaha, dan kini mereka telah berhasil membuka Cilpa Coffee & House di kota rantau mereka. "Konsep dari kafe kami yaitu menggunakan modern vintage bersuasana layaknya seperti rumah khas Bali," sambungnya saat dihubungi via daring.

Selain menjual berbagai jenis minuman kopi, Cilpa Coffee & House juga menjual aneka snack ringan seperti toast, kentang, dan lainnya. Selain itu, di lantai dua gedung kafe mereka juga menyewakan kamar kos untuk pria. Alih-alih membuka kedainya, dalam kondisi pandemi seperti ini mereka harus menutup toko konvensional karena adanya kebijakan pemerintah Surabaya untuk melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Para pegawai harus dipulangkan secara paksa sampai kebijakan pemerintah melonggar, namun tidak di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).

"Kami harus memutar otak lagi supaya kafe kami tetap bisa mendatangkan penghasilan walaupun dalam kondisi seperti ini," tutur pria berusia 22 tahun tersebut. Setelah melalui berbagai pertimbangan bersama dua rekannya, akhirnya mereka memutuskan untuk menjual kopi dalam kemasan botol kaca di kampung halaman mereka, Bali. Cilpa Coffee & House juga menggandeng usaha lokal lain yang ada di Bali khususnya daerah Denpasar, melalui satu akun media sosial untuk bekerja sama dalam mengelola pesanan. Mereka menawarkan sistem take away untuk daerah Bali saja dan pemesanan dilakukan via daring. "Kopi kemasan botolnya kami stock, tetapi kalau sudah laku semua kami produksi lagi, jadi sistemnya bukan pick order," jelasnya. Takuya mengungkapkan kopi kemasan botol yang ia dan rekannya jual tersebut laku 25-30 botol untuk ukuran 250ml dan 5-8 botol untuk ukuran 1 liter setiap harinya. "Pokoknya harus disyukuri saja, jangan pernah menyerah bagi para pengusaha kecil-kecilan seperti kami, terus berinovasi dan kreatif dalam menjual produk, manfaatkan media sosial secara maksimal untuk mempromosikan produk, dan yang terakhir tetap jaga kesehatan," paparnya sebelum menutup telepon.

kopi Cilpa
Cilpa
suasana kafe Cilpa
Suasana Kafe cilpa
Suasana kafe Cilpa
Kopi Cilpa
Pelatihan virtual UMKM
Pelatihan virtual UMKM
Pelatihan virtual UMKM
Pelatihan virtual UMKM

Sumber : Pemilik UMKM/Luh Sri Sulastri

Pandemi Covid-19, Pemerintah Memberikan Bantuan Modal dan Pelatihan Virtual untuk UMKM.

by Ni Wayan Shintya Pratista | 26 Mei 2020 08.00 WB

Barbar.com, Surabaya - Sejak diterapkannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Kota Surabaya, sistem perekonomian masyarakat perlahan surut. Mulai dari pegawai kantoran, perusahaan besar, hingga UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).

Semua turut merasakan kemerosotan ekonomi sebagai dampak dari adanya kasus virus corona yang semakin menyebar luas. Salah satunya ialah usaha kecil milik Luh Sri Sulastri yang bergerak di bidang kerajinan tangan. Griya Puspa Asri, begitulah nama usaha miliknya yang berdiri sejak tahun 2014 silam. "Griya Puspa Asri memiliki arti rumah bunga yang indah," jelasnya. Nama itu ia berikan karena lokasi usahanya yang berada di tempat tinggalnya, yaitu di Jalan Rungkut Permai XI No. E24 Rungkut Tengah, Surabaya.

Berawal dari keisengan saat duduk di bangku kuliah, kemudian Luh Sri mulai mengikuti kursus sambil menggeluti kuliahnya dan dari situ muncul rasa ketertarikan untuk memulai sebuah usaha terutama dari barang yang dapat didaur ulang. "Pertama kali saat memulai usaha ini, saya membuat kotak tisu dan bunga dari kertas semen lalu celemek, topi, dan bros. Semua itu berbahan dasar dari kertas semen," ungkap Luh Sri Sulastri saat dihubungi melalui telepon, Sabtu (23/05).

Seiring berjalannya waktu, masyarakat di sekitarnya pun mulai mengenal usaha milik ibu satu anak ini. Dari situlah kemudian usaha miliknya dibanjiri oleh pesanan yang beraneka ragam sehingga produk yang ia hasilkan juga lebih bervariasi. "Saya kemudian membuat rangkaian bunga dari bahan yang lain, seperti dari karung goni yang dikreasikan dengan bahan-bahan alami  lalu rumput dan dedaunan kering serta biji-bijian," paparnya. Ia juga mengaku mendapatkan berbagai macam pelatihan sejak Tri Rismaharini menjabat sebagai Walikota Surabaya. Pelatihan ini ditujukan kepada seluruh masyarakat Surabaya yang memiliki UMKM. Selain pelatihan, para pemilik UMKM juga diberikan kesempatan untuk memamerkan karya atau produknya yang biasa ditawarkan di Jalan Tunjungan, Surabaya.

Namun ketika pandemi Covid-19 mulai melanda, seluruh UMKM tidak bisa lagi menggelar pameran tersebut. "Kami para pemilik UMKM bekerja sama dan saling membantu satu sama lain. Beberapa pekan lalu, kami serentak membuat pesanan masker dan per orangnya diberikan 50 sampai 100 biji untuk diselesaikan dalam seminggu," ujar wanita paruh baya ini.

"Bersyukur sekali saya masih punya pelanggan tetap yang selalu pesan tas dan dompet secara online," sambungnya.

Luh Sri juga mengaku mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kota Surabaya sejak adanya pandemi ini. Bantuan tersebut berupa modal usaha yang diberikan kepada seluruh pemilik UMKM yang memiliki KTP Surabaya dan tergabung dalam komunitas UMKM PE (Pahlawan Ekonomi). "Dalam kondisi seperti ini, pelatihan juga masih rutin diselenggarakan via daring dan tanpa dipungut biaya jadi sangat membantu sekali bagi kami," tuturnya. Lantaran tidak jarang orang-orang yang tergabung di dalam komunitas UMKM PE mendapatkan berbagai manfaat, apalagi ditengah pandemi seperti ini.

Menjalankan wirausaha di tengah pandemi Covid-19 adalah menjadi tantangan tersendiri. Pemilik usaha harus bisa menjadikan kondisi tersebut sebagai peluang usaha untuk terus berinovasi dan berkarya dan tentunya sebagai wadah untuk saling membantu dan menguatkan satu sama lain. "Sebelum adanya pandemi ini usaha saya dipasarkan via luar jaringan, jadi sama sekali tidak memasarkan lewat media sosial apapun. Tetapi sejak pandemi melanda, saya dibantu oleh rekan UMKM PE untuk memasarkan produk usaha melalui media sosial," ucapnya dengan nada senang. "Tentunya sebagai orang-orang UMKM kita semua harus tetap semangat dalam berkarya, terus belajar untuk berkreasi dan berinovasi, dan yang terpenting selalu bersyukur atas rejeki yang dilimpahkan," tutupnya.

Dessert box
Brownies panggang
Dessert Box
Brownies Panggang

Sumber : Pemilik Bisnis Online Dessert Box dan Brownies/Lala dan Azizah Ayu

Pandemi Covid-19 dan Menjamurnya Bisnis Kuliner Online

 by Michella Salsabilah | 26 Mei 2020 08.00 WIB

Barbar.com, Surabaya – Besarnya risiko yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 beberapa bulan terakhir mengakibatkan pemerintah mengeluarkan sebuah kebijakan yaitu PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Kebijakan tersebut tentu berpengaruh terhadap intensitas aktivitas sehari-hari masyarakat untuk melakukan kegiatan diluar rumah, tentu ini akan berdampak pada sistem perekonomian.

Namun dibalik aturan PSBB ini, justru memunculkan ide-ide kreatif terutama dari para kaum millennial. Seperti Azizah Ayu (20) atau biasa dipanggil sebagai Aik yang memutuskan untuk membuka bisnis kuliner online yakni brownies panggang. Terhitung sejak 22 April 2020, ia memutuskan untuk membuka bisnis yang diberi nama Whatthefudge.Sub yang berlokasi di kediamannya Sidotopo, Surabaya.

“Untuk usaha saya sendiri tidak berpengaruh sama sekali, alhamdulillah. Karena saya dari awal memang berjualan via online,” ungkapnya saat ditanya mengenai dampak PSBB terhadap usahanya, Jumat (22/05). Ia juga mengatakan justru karena adanya aturan PSBB, bisnis yang ia kelola semakin ramai peminat karena banyak orang yang membutuhkan cemilan untuk menemani segala kegiatan selama di rumah saja. Sebelum adanya pandemi, per harinya ia menjatah sekitar 5-10 box. Namun, semenjak aturan PSBB dikeluarkan, ia pun meningkatkan jatah pesanan per harinya, yaitu 15-20 box.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Lala (19) yang sedang membuka bisnis kuliner online yakni dessert box yang beralamat di daerah Asem Jajar, Surabaya. Ia memilih untuk membuka usaha online sederhana yang dipromosikan melalui akun sosial media milik pribadinya, seperti Instagram dan WhatsApp. Lala sendiri mengaku pelanggannya merupakan orang-orang di sekitar daerah tempat tinggalnya, sehingga dalam proses mengantar pesanan ia dapat melakukannya sendiri. Bahkan terkadang tanpa bersusah payah, si konsumen sendiri yang mengambil pesanan tersebut ke tempat tinggalnya.

“Kalau konsumen yang membeli itu tinggalnya di sekitar rumah saya, seperti daerah Demak, Banyu Urip, Simo, saya antar atau pembelinya yang ambil sendiri, kalau jauh ya pakai jasa ojek online,”  jelasnya, Jumat (22/05). Lala juga mengatakan meskipun ada aturan PSBB, pihak jasa layanan pesan-antar online tidak memberikan syarat khusus saat menerima pesanan untuk diantarkan kepada konsumen.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gara-gara Corona, Mall Sepi Pengunjung dan Stand Memilih Untuk Tutup.

Akankah Gulung Tikar?

by Alvin Rafli Ardiansyah | 24 Mei 2020 08.00 WIB

Barbar.com, Surabaya - Perkembangan penyebaran COVID-19 terus meningkat dengan Jawa Timur sebagai provinsi terbanyak dalam menyumbang kasus baru terkait pasien positif COVID-19. Mengutip dari CNNIndonesia.com, saat ini Surabaya adalah penyumbang terbesar dengan rincian : Kota Surabaya sejumlah 2.216 kasus, Kabupaten Sidoarjo dengan 565 kasus dan Kabupaten Gresik dengan 153 kasus (27/05).


Lonjakan terhadap kasus virus corona yang terus meningkat, berdampak pada rumah sakit yang kelebihan kapasitas dan tenaga medis yang mulai kewalahan menangani pasien. Selain itu, juga berdampak pada perekonomian di Surabaya khususnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Pada Selasa (26/05) seluruh UMKM di area Giant Rajawali Surabaya ditutup dan tidak terlihat satu pun penjual. Suasana yang sama terlihat pada meja kasir dan lorong-lorong Giant yang pada hari biasa selalu sesak dipenuhi pembeli. Padahal, pada Minggu (17/05) Giant Rajawali Surabaya masih ramai dikunjungi pembeli.


Dikutip dari Radar Surabaya, Ketua Himpunan Pengusaha Mikro, Kecil, dan Menengah Indonesia (Hipmikimdo) Jatim Bambang Wahyuono mengungkapkan Hipmikindo Jatim sendiri memiliki 2.000 anggota UMKM yang secara umum penjualannya anjlok 70-100 persen (27/04). Dengan adanya kebijakan pemerintah dan tingginya angka penyebaran COVID-19 para penjual harus mencari cara baru untuk menjual produknya. Salah satunya melalui media sosial seperti Instagram, WhatsApp, atau Facebook maupun platform berjualan online seperti Tokopedia, Lazada dan Shopee.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Bandara Juanda Resmi Tutup, Surabaya Patata Ikut Tutup!

by Faustinaafi Rahmatania | 27 Mei 2020 08.00

Barbar.com, Surabaya – Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya resmi menghentikan penerbangan untuk sementara waktu selama pandemi corona berlangsung. Bandara tidak tutup secara permanen, tetapi tidak melayani dan tidak mengoperasikan layanan penerbangan bagi penumpang yang ingin berpergian. Dapat dipahami, pemberhentian penerbangan tersebut dikarenakan terdapat pembatasan dalam penggunaan transportasi umum demi memutus mata rantai penyebaran virus corona.

Tidak beroperasinya layanan penerbangan, ternyata juga berdampak pada usaha lokal yang berada di sekitar Bandara Juanda. Kondisi bandara yang biasanya berdesakan dengan sejumlah penumpang yang berjibun, kini begitu sepi. Begitupun dengan usaha lokal disekitar bandara, terlihat sangat sepi. Terpantau sejak Jumat (22/05) lalu, Surabaya Patata, kue oleh-oleh khas Surabaya milik artis Oki Setiana Dewi, yang gerainya berlokasi di Bandara Juanda ini juga terpaksa harus berhenti beroperasi sementara.

PENUTUPAN SEMENTARA USAHA LOKAL AKIBAT PANDEMI

Berikut adalah dokumentasi asli dari keadaan terkini di Terminal 1 Bandara Juanda, Surabaya

Mencoba Bertahan di Tengah Pandemi Dengan Bisnis Kopi Kemasan Satu Literan

Barbar.com, Surabaya - Corona Virus Disease 2019 atau biasa disebut pandemi Covid-19 telah membawa dampak kepada segala sektor kehidupan, begitupun dengan para pebisnis lokal yaitu kedai kopi yang berada di kota Surabaya.

Simak hasil perbincangan kami dengan pihak Foresthree

#ShootForHelp, Sebuah Gerakan dari Komunitas Fotografer untuk Membantu Usaha Lokal

Berikut ini wawancara kami bersama Duta Alamsyah (36). Beliau adalah pemilik Elwood studio, dan seorang fotografer yang turut andil dalam gerakan #ShootForHelp, sebuah gerakan untuk membantu pemilik usaha lokal mempromosikan produknya.

Susunan Redaksi

Imalinda Radyanisa 016- Reporter & Editor
Septinda Jatia Hirnanto 025- Reporter & Editor

Faustinaafi Rahmatania 032- Reporter & Videographer

Alvin Rafli Ardiansyah 040- Reporter & Videographer
Ni Wayan Shintya Pratista 105- Pimipinan Redaksi & Reporter

Michella Salsabilah Putri 113- Reporter & Web-developer

Thanks for submitting!

©2020 by barBar.com. Proudly created with Wix.com

bottom of page